Pemodelan Spasial Lahan Terbangun Kota Jambi
Pemodelan Spasial Lahan Terbangun Kota Jambi
Blog Article
Abstrak.Kota Jambi memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Provinsi Jambi, yang mendorong perubahan penggunaan lahan akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan populasi dan ketersediaan lahan.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika penutup lahan terbangun dari tahun 2013 hingga 2023 dan mensintesis prediksi penutup lahan terbangun tahun 2033 terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
Penelitian ini menggunakan metode klasifikasi terbimbing dengan algoritma #Western Bridles Random Forest (RF) pada citra satelit Landsat 8 untuk menganalisis perubahan dari tahun 2013, 2016, 2019, hingga 2023 yang telah diuji akursi dan validasi menggunakan indeks kappa.Untuk prediksi penutup lahan masa depan tahun 2033, digunakan metode MLP-CAMC melalui perangkat lunak Terrset 2020, dengan mempertimbangkan variabel seperti lereng, jarak dari jalan, jarak dari badan air (sungai dan danau), jarak dari pusat ekonmi, jarak dari sekolah, dan jarak dari prasarana tranportasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan terbangun di Kota Jambi diproyeksikan meningkat secara signifikan hingga mencapai 11.
892,52 hektar atau 70,41% dari total luas wilayah pada tahun 2033 Peningkatan ini terkonsentrasi di wilayah dengan kemiringan tanah datar hingga landai, dengan jarak dari jalan sebagai faktor paling berpengaruh.Pertumbuhan pesat lahan terbangun terutama terjadi di Kecamatan Paal Merah, Alam Barajo, dan Kota Baru.Dari sisi analisis kesesuaian dengan RTRW, pada tahun 2033 lahan terbangun diproyeksikan memiliki tingkat kesesuaian sebesar 90,5% terhadap kategori peruntukan lahan terbangun yang direncanakan, sementara 9,5% sisanya tergolong tidak sesuai.
Penelitian ini menekankan pentingnya pengelolaan tata ruang yang terencana untuk mengantisipasi dampak negatif pertumbuhan lahan terbangun.Pengawasan ketat dan evaluasi RTRW secara berkala diperlukan guna mendukung pembangunan berkelanjutan di Kota Jambi.Abstract.
Jambi experiences the highest population density in Jambi Province, which significantly impacts land use due to the mismatch between population growth and land availability.This study aims to analyze the dynamics of built-up area from 2013 to 2023 and synthesize projections for built-up area in 2033 in accordance with the Regional Spatial Plan (RTRW).The research employs a supervised classification method utilizing the Random Forest (RF) algorithm on Landsat 8 satellite imagery to track changes from the years 2013, 2016, 2019, and 2023, with accuracy validated using the kappa index.
For forecasting land JACKETS PUFFA cover in 2033, the MLP-CAMC method was applied through Terrset 2020 software, incorporating factors such as slope, proximity to roads, distance from water bodies (including rivers and lakes), distance to economic centers, proximity to schools, and access to transportation infrastructure.The findings indicate a significant projected increase in built-up land in Jambi City, reaching 11,892.52 hectares or 70.
41% of the total area by 2033.This growth is primarily concentrated in flat to gently sloping areas, with proximity to roads identified as the most influential factor.Notable expansion of built-up land is particularly observed in the subdistricts of Paal Merah, Alam Barajo, and Kota Baru.
In terms of alignment with the RTRW, the projected built-up land for 2033 is anticipated to achieve a compatibility rate of 90.5% with the designated land-use categories, while 9.5% is classified as non-compliant.
This study highlights the necessity of strategically planned spatial management to mitigate the adverse effects of built-up land expansion.Rigorous monitoring and regular evaluations of the RTRW are crucial to support sustainable development in Jambi City.Submitted: 2024-07-09 Revisions: 2024-12-06 Accepted: 2025-02-17 Published: 2024-02-17.